نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنَ النَّاسِ ، الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ
Dua nikmat yang manusia banyak tertipu darinya, yaitu nikmat sehat dan nikmat waktu luang.1HR. Bukhari no. 6412, dari Ibnu ‘Abbas
Benarlah sabda Rasulullah tersebut, dimana manusia akan lebih mudah melupakan nikmat-nikmat yang Allah berikan terlebih pada dua nikmat tersebut. Betapa banyak manusia yang menganggap biasa dengan nikmat sehat. Padahal dengan nikmat sehat yang Allah berikan, seluruhnya akan menjadi lebih nikmat. Betapa banyak manusia yang mencela sakit, namun sangat jarang yang mensyukuri nikmat sehat. Betapa banyak manusia yang mengeluh pada sakitnya, namun sangat jarang yang mengingat nikmat sehatnya.
Nikmat sehat menjadi salah satu nikmat yang paling dilalaikan oleh manusia. Dan menganggap bahwa nikmat sehat adalah kewajiban Allah atas makhluknya. Tidakkah mereka lupa, bahwa seluruhnya merupakan sebuah nikmat yang Allah bisa cabut kapan saja saat Ia kehendaki.
Tanpa Nikmat Sehat
Padahal di dalam kehidupan manusia, nikmat sehat merupakan nikmat yang paling banyak yang Allah berikan dibanding sakit yang diderita. Jika dihitung, waktu sakit yang diderita seseorang tidak pernah melebihi 1/4 dari waktu sehatnya. Tanpa nikmat sehat, seluruh hasrat dunia menjadi hilang. Tanpa nikmat sehat, seluruh pergerakan akan terbatas. Tanpa nikmat sehat, seluruh harta menjadi tidak berguna. Tanpa nikmat sehat, tubuh kekarnya tidak akan pernah berdaya. Tanpa nikmat sehat, seluruh aktivitas akan terganggu. Maka sudah sewajarnya lah manusia harus lebih sering mensyukuri nikmat sehat.
Berapa banyak manusia yang saat ditimpa ujian berupa penyakit yang baru merasakan betapa nikmatnya kesehatan yang Allah berikan, namun kembali lupa saat Allah mengembalikan nikmat sehat kepadanya.
Berapa banyak manusia yang berjanji akan mulai memperbaiki diri dan bertaubat saat ujian sakit yang dirasakannya, namun janji hanya tinggal janji.
Berapa banyak manusia yang bersyukur setelah Allah angkat penyakitnya, namun kembali lupa beberapa saat setelahnya.
Ibnul Jauzi mengatakan, ”Terkadang manusia berada dalam kondisi sehat, namun ia tidak memiliki waktu luang karena sibuk dengan urusan dunianya. Dan terkadang pula seseorang memiliki waktu luang, namun ia dalam kondisi tidak sehat. Apabila terkumpul pada manusia waktu luang dan nikmat sehat, sungguh akan datang rasa malas dalam melakukan amalan ketaatan. Itulah manusia yang telah tertipu (terperdaya).”2Fathul Bari, Ibnu Hajar, 18/219, Mawqi’ Al Islam
Ungkapan Syukur
Ungkapan syukur tidak hanya sebatas ucapan Alhamdulillah, namun juga dengan perbuatan yang mencerminkan sikap syukur kepada Allah. Dengan mulai merenungi segala kenikmatan yang Allah berikan hingga mengaplikasikan segala bentuk ibadah yang Allah perintahkan.
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَا لْاِ نْسَ اِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ
Tidaklah Aku (Allah) ciptakan Jin dan Manusia kecuali hanya untuk beribadah kepada-Ku. QS Adz-Dzariyat:56
Allah telah menafikan seluruh alasan Ia menciptakan Jin dan Manusia dan kemudian menetapkan satu alasan yaitu hanya untuk beribadah kepada-Nya saja. Segala perbuatan manusia hendaklah menjadi sebuah ibadah kepada Allah, dengan demikian seorang manusia akan menjadi pribadi yang senantiasa bersyukur.
0 Comments